Sistem kekerabatan orang Batak menempatkan posisi seseorang secara pasti sejak dilahirkan hingga meninggal dalam 3 posisi yang disebut DALIHAN NA TOLU (bahasa Toba) atau TOLU SAHUNDULAN(bahasa Simalungun).
"Dalihan Natolu" ini melambangkan sikap hidup orang batak dalam bermasyarakat. "Dalihan Natolu" yaitu:
Dalihan Na Tolu ini menjadi pedoman hidup orang Batak dalam kehidupan bermasyarakat. Contoh lain adalah adat "Mangulosi" dalam pesta perkawinan orang Batak. Apakah artinya? Mangulosi ini adalah menyelimutkan ulos kepada kedua mempelai yang melambangkan pemberian restu orang tua kepada anaknya.
Jika ditelaah lebih dalam, seni budaya batak yang sudah dipakai sejak ratusan tahun yang lalu itu banyak mengandung segi positifnya. Namun ada beberapa hal negatif dari budaya batak yang harus kita tinggalkan, misalnya budaya banyak bicara sedikit bekerja. Memang orang batak terkenal pintar berbicara.
Hal ini terlihat dari banyaknya pengacara-pengacara batak yang sukses. Akan tetapi kepintaran berbicara ini sering disalahgunakan untuk membolak-balikan fakta. Yang hitam bisa jadi putih dan yang putih bisa jadi hitam ditangan pengacara batak (walaupun tidak semua).
Hal lain yang negatif adalah budaya "HoTeL". HoTeL adalah singkatan dari:
Apakah HoTeL ini hanya ada pada orang Batak saja? Kita sebagai generasi muda harus dapat mempertahankan budaya yang positif dan meninggalkan yang negatif.
(dari berbagai sumber)
"Dalihan Natolu" ini melambangkan sikap hidup orang batak dalam bermasyarakat. "Dalihan Natolu" yaitu:
- Marsomba tu Hula-Hula. "Hula-Hula" adalah Orang tua dari wanita yang dinikahi oleh seorang pria, namun hula-hula ini dapat diartikan secara luas. Semua saudara dari pihak wanita yang dinikahi oleh seorang pria dapat disebut hula-hula. Marsomba tu hula-hula artinya seorang pria harus menghormati keluarga pihak istrinya.
- Elek Marboru. Boru adalah anak perempuan dari suatu marga, misalnya boru gultom adalah anak perempuan dari marga Gultom. Dalam arti luas, istilah boru ini bukan berarti anak perempuan dari satu keluarga saja, tetapi dari marga tersebut. Elek marboru artinya harus dapat merangkul boru.Hal ini melambangkan kedudukan seorang wanita didalam lingkungan marganya.
- Manat Mardongan Tubu. Dongan Tubu adalah saudara-saudara semarga. Manat Mardongan Tubu melambangkan hubungan dengan saudara-saudara semarga.
Dalihan Na Tolu ini menjadi pedoman hidup orang Batak dalam kehidupan bermasyarakat. Contoh lain adalah adat "Mangulosi" dalam pesta perkawinan orang Batak. Apakah artinya? Mangulosi ini adalah menyelimutkan ulos kepada kedua mempelai yang melambangkan pemberian restu orang tua kepada anaknya.
Jika ditelaah lebih dalam, seni budaya batak yang sudah dipakai sejak ratusan tahun yang lalu itu banyak mengandung segi positifnya. Namun ada beberapa hal negatif dari budaya batak yang harus kita tinggalkan, misalnya budaya banyak bicara sedikit bekerja. Memang orang batak terkenal pintar berbicara.
Hal ini terlihat dari banyaknya pengacara-pengacara batak yang sukses. Akan tetapi kepintaran berbicara ini sering disalahgunakan untuk membolak-balikan fakta. Yang hitam bisa jadi putih dan yang putih bisa jadi hitam ditangan pengacara batak (walaupun tidak semua).
Hal lain yang negatif adalah budaya "HoTeL". HoTeL adalah singkatan dari:
- Hosom yang artinya dendam. Konon orang batak suka mendendam sesama saudara
- Teal yang artinya sombong, yang dapat terlihat dari cara bicara, sikap hidup, dll.
- Late yang artinya Iri Hati.
Apakah HoTeL ini hanya ada pada orang Batak saja? Kita sebagai generasi muda harus dapat mempertahankan budaya yang positif dan meninggalkan yang negatif.
(dari berbagai sumber)
1 komentar:
Penulis yang terhormat,... saya sebagai generasi muda simalungun, agak kurang sependapat dengan istilah yang anda sebutkan di atas. Saya berpendapat konteknya jauh berbeda, bagi adat simalungun tidak kenal dalihan na tolu, karena disana ada kasta. Pada adat Simalungun, tolu sahundulan, lima saodoran. Tolu sahundulan:
Tondong pangalopan podah, lang sisombahon, Tuhan Naibata do na patut janah berhak manjalo sombah humbani hita jolma. Sombah, tidak memberi kesempatan memilih benar atau salah,sudah paku mati, anggo hula-hula maningon isombah..meskipun salah. Tapi anggo pangalopan podah, boi do itolak podah ai anggo lang sesuai bani uhurta/lang dear. Janah na mamodahi pakon sipodaha sa level, lang songon na manombah pakon sisombahon domma beda level ni ai.
Sanina pangalopan riah, jadi sahorja do namarsanina, aima bani setiap horja anjaha kegiatan, anggo namarsanina marsialopan riah ma, taridah ma horja gotong royong ai. Boru pangalopan gogoh, jadi anggo dong horja adat bani simalungun, boru ma na gabe pangalopan gogoh, boru ma namanghoseihon horja bani acara adat ai. Jadi lang sielek-elekon boru. Seolah-0lah boru ai lebih rendah janah hurang dewasa i rumah, ase ielek-elek. Jadi.. hu harap halani tujuan ta ase Generasi muda simalungun ulang terlalu merasa dia Subordinasi ni suku na legan... mari hita na lebih senior patugah hita bani sidea,,, Simalungun itu suatu suku yang berdiri sendiri dan jelas asal usulnya di mulai dari kerajaan Nagur. Adat Simalungun... penuh dengan demokrasi, Sonai ma Horas ...horas.... horas. Salam Habonaron do Bona....
Posting Komentar